BAB 1
PENALARAN
Definisi Penalaran
Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang
mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut
berpendapat dan mengemukakannya kepada orang lain. Kegiatan penalaran dapat
bersifat ilmiah dan non ilmiah. Dari prosesnya, penalaran dapat
dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Penalaran terbagi
menjadi 2, yaitu :
1.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat khusus.
2.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Proporsi
Suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan
fakta yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau
dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Contoh:
1.
Semua manusia akan mati pada suatu
waktu.
2.
Beberapa orang Indonesia mempunyai
kekayaan yang berlimpah.
3.
Kota Bandung hancur dalam perang dunia
kedua karena bom atom.
4.
Semua gajah telah punah tahun 1980.
Catatan: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya.
Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena kebenarannya tidak sesuai dengan
fakta/tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Inferensi dan Implikasi
A.
Inferensi (Infere) : menarik kesimpulan
Proses
untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui.
B.
Implikasi (Implicare) :
melibat/merangkum
Rangkuman,
sesuatu yang dianggap ada karena sudah di rangkum dalam fakta/evidensi itu
sendiri.
Evidensi adalah Semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan
fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. Evidensi berbentuk data & informasi (keterangan
yang diproleh dari sumber tertentu).
Cara Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui
cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan
sebagai evidensi.
Dibawah ini
beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian data:
1. Observasi à mengamati secara langsung sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut
2. Kesaksian
3. Autoritas
1. Observasi à mengamati secara langsung sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut
2. Kesaksian
3. Autoritas
Cara Menguji Fakta
Fakta à adalah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra
manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan
Untuk menguji
fakta kita butuh melakukan 2 kali penilaian.
1. menentukan apakah data itu merupakan kenyataan atau
yang sungguh terjadi. Setelah yakin dengan hal itu barulah dilakukan penilaian
yang kedua.
2. Penilaian kedua ini berdasarkan 2 dasar yaitu
Konsistensi dan juga Koherensi.
Cara Menilai Autoritas
Untuk menilai
suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sbagai berikut:
1. Tidak
mengandung Prasangka
artinya pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang
dilakukannya.
2. Pengalaman
dan Pendidikan Autoritas
Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih
lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh
autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan
pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
3. Kemashuran
dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti
apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar
bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli
menyertakan pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
4.
Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan
autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan
pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis
benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan.
BAB
II
SILOGISME
DAN ENTIMEN
Definisi Silogisme
Bentuk Penalaran dengan cara menghubung-hubungkan dua
pernyataan yang berlainan untuk dapat ditarik simpulannya.
Silogisme termasuk
dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil
simpulan dalam sebuah karangan.
Jenis Silogisme
1.
Silogisme Kategorial
2.
Silogisme Hipotesis
3.
Silogisme Alternatif
Unsur – unsur yang
terdapat dalam silogisme
1.
Premis
Umum (Premis Mayor) à menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (A)
memiliki sifat atau hal yang tersebut pada (B)
2.
Premis
Khusus (Premis Minor) à menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah
anggota golongan tertentu (A)
3.
Simpulan:
menyatakan bahwa sesuatu atau seseoarng itu (C) memiliki sifat atau hal yang
tersebut pada B
A. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah salah satu premis
merupakan anggota premis yang lain.
Rumus:
PU: Semua A=B
PK:
Semua C=A
S : Semua C=B
Contoh :
PU : Semua
profesor pandai
PK : Pak
Habibi adalah profesor
S : Pak
Habibi Pandai
Pernyataan di atas dapat dianalisis sebagai berikut
PU : Semua profesor
(A) pandai (B)
PK : Pak
Habibi (C) adalah profesor (A)
S : Pak
Habibi (C) pandai (B)
catatan : kata “semua” dapat tidak disebutkan atau
dapat juga diganti dengan kata “setiap” atau “tiap-tiap”
B. Silogisme Negatif
Ciri silogisme negatif yaitu ada kata bukan atau tidak
Contoh:
PU: Siswa yang baik selalu mengerjakan
pekerjaan rumah
PK: Asep Bukan Siswa yang baik
S : Asep tidak
mengerjakan pekerjaan rumah
C. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis adalah silogisme yang memiliki
premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan
kesimpulannya berupa proposisi kategoris.
Contoh:
PU: Jika hari ini tidak hujan, saya datang ke rumahmu
PK: Hari ini ujan
S : Saya tidak
datang ke rumahmu
Definisi Entimen
Suatu silogisme yang tidak mempunyai premis mayor
karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakan hanya
premis minor dan simpulan.
Rumus :
C=B karena C=A
Contoh :
PU: Semua siswa SMAN 1 Indramayu masuk di universitas favorit yang mereka impikan. (Semua A=B)
PK: Boim Siswa SMAN 1 Indramayu (C=A)
K : Boim masuk
universitas favorit (C=B)
Bentuk Entimennya:
Boim masuk universitas favorit yang ia impikan karena
ia siswa SMAN 1 Indramayu. (C=B
Karena C=A)
BAB III
PENALARAN INDUKTIF
(Generalisasi, Analogi
dan Kausal)
Definisi Penalaran
Induktif
menurut Shurter dan
Pierce (dalam Shofiah, 2007: 14) penalaran induktif adalah cara menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Aspek dari
penalaran induktif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pargaraf generalisasi,
analogi dan kausal.
A.
Definisi Generalisai
Proses penalaran
berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu
mengenai semua atau sebagaian dari gejala serupa. Dari sejumlah fakta atau
gejala khusus yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau
seluruh gejala yang diamati itu. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi
perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data
statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai
penjelasan lebih lanjut.
Contoh :
Ø Murid
laki-laki itu pergi ke sekolah, dia memakai seragam sekolah.
Ø Murid
perempuan itu pergi ke sekolah, dia memakai seragam sekolah.
Ø Generalisasi
: Semua murid yang pergi ke sekolah
memakai seragam sekolah.
Jenis – jenis
Generalisasi
1.
Generalisasi dengan loncatan induktif.
Generalisasi
dengan loncatan Induktif adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari
sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang
belum diselidiki.
Contoh
:
Hampir
seluruh remaja di Indonesia sudah menggunakan handphone Blackberry.
2.
Generalisasi tanpa loncatan induktif
Generalisasi
tanpa loncatan induktif adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
Sensus
penduduk.
B.
Definisi Analogi
Analogi
adalah penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung
persamaan. Dengan kesamaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulannya.
Contoh Paragraf Analogi
Kalau anda gemar
tanaman hias, tentu anda mengenal dengan baik cara menanam dan merawatnya dalam
taman. Pada dasarnya, proses merawat taman sama denga proses merawat anak dalam
keluarga. Keduanya sama-sama memerlukan ketrampilan dan perhatian khusus. Pada
tanaman, diperlukan keterampilan mengolah tanah dan memberi pupuk, seperti
memberi perhatian khusus, yaitu menyirami tepat waktu agar kelak memberi hasil
yang memuaskan. Begitu pula dengan merawat anak. Pada anak, diperlukan
kemampuan memberi makanan yang bergizi, pembentukan kepribadian, serta
perhatian khusus, yaitu memberi kasih sayang agar kelak anak tumbuh dengan
sehat, cerdas, dan bermoral baik.
Jenis – jenis Analogi
1.
Analogi Induktif
Analogi
induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua.
Contoh
:
Nindy terpaksa dicutikan dari Universitas Gunadarma
karena terlambat mengisi KRS. Tria juga akan di cutikan dari Universitas
Gunadarma jika dia terlambat mengisi KRS.
2.
Analogi Deklaratif
Analogi
deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh
:
Metode
pengajaran yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya haruslah memiliki
waktu yang efektif. Pemberian materi kepada mahasiswa sebaiknya sesuai dengan
kapasitas mahasiswa sejauh mana mahasiswa dapat menampung materi yang
diberikan. Sama halnya dengan ember yang terus menerus diisi air, pada akhirnya
akan tumpah juga jika terus menerus diisi dengan air.
C.
Kausalitas (sebab akibat)
Proses penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Hubungan kausal ada
tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Sebab – Akibat à Sebab – akibat ini berpola A menyebabkan B.
2. Akibat – Sebab à Akibat – sebab ini berpola Akibat dari B
3. Sebab-akibat 1 akibat 2 à suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.
1. Sebab – Akibat à Sebab – akibat ini berpola A menyebabkan B.
2. Akibat – Sebab à Akibat – sebab ini berpola Akibat dari B
3. Sebab-akibat 1 akibat 2 à suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.
Contoh Paragraf
Sebab-Akibat :
1.
Harga beras dan kebutuhan pokok lainnya
melonjak tinggi. Kenaikan harga-harga tersebut mencapai dua kali lipatnya dari
harga semula. Beberapa warung makan gulung tikar dan sebagian yang lain
menaikkan harga dagangannya. Oleh karena itu, biaya hidup anak kost atau
para perantau terutama di kota-kota besar bertambah mahal.
2.
Mereka kini mendekam di penjara. Pertama,
mereka mabuk-mabukan di tempat umum. Kedua, mereka membuat
keributan di tempat umum. Ketiga, mereka membunuh orang-orang secara
membabi buta. Terakhir, mereka melawan petugas ketika ditangkap. Itulah
sebab-sebab mereka di penjara seumur hidup.
Contoh Paragraf Sebab – Akibat 1 Akibat 2 :
Pasokan beras di pasar tradisional pun semakin lama semakin menipis
sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan beras. Hal ini mendorong pemerintah
untuk melakukan impor beras dari negara tetangga dengan harapan masyarakat
dapat terpenuhi kebutuhan pangannya selama menunggu hasil panen berikutnya.
Definisi Teori
Teori adalah suatu pemikiran, penelaahan, bisa juga penelitian, yang
telah diakui kebenarannya secara ilmiah.
Fungsi Teori
1. Menjelaskan hakikat dan makna dari sesuatu yang
diteliti
Mis: jika penelitian yang dikaji adalah motivasi,
maka untuk mengetahui dan menjelaskan tentang
motivasi tersebut dapat dilihat melalui teori
2. Menjelaskan hubungan sesuatu
yang diteliti dengan hal lainnya.
Mis: menjelaskan hubungan motivasi dengan
prestasi kerja
3. Landasan untuk menyusun hipotesis penelitian.
Mis: Teori menyatakan bahwa motivasi berpengaruh
terhadap prestasi kerja. Maka hipotesisnya adalah ”ada pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja”, bunyi
hipotesis ini sama seperti apa yang dinyatakan teori tersebut
4. Acuan untuk membahas hasil
penelitian
Mis: dari hasil penelitian yang telah dilakukan (bab IV skripsi) diperoleh hasil bahwa
ada pengaruh motivasi terhadap kinerja, maka untuk membahas hasil penelitian ini,
kita bisa
mengkaitkannya dengan teori (bab II skripsi)
Sumber Teori
1. Buku teks (text book)
2. Jurnal (terbitan hasil penelitian ilmiah)
3. Proseding (kumpulan makalah seminar ilmiah)
4. Dll
1. Buku teks (text book)
2. Jurnal (terbitan hasil penelitian ilmiah)
3. Proseding (kumpulan makalah seminar ilmiah)
4. Dll
Definisi Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan/jawaban sementara
terhadap permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis terlahir dari
teori atau pengalaman empiris. Jika teori menyatakan bahwa A berpengaruh
terhadap B, maka hipotesisnya adalah A berpengaruh terhadap B.
Induksi dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan
paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk
menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat,
akurat, dan padat. Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tenta
ng suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
ng suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar